hamster...hho

Minggu, 10 Oktober 2010

ASH SHIDDIQ



Ketika Rasulullah berada di hadapan,
Ku pandangi pesonanya dari kaki hingga ujung kepala
Tahukah kalian apa yang terjelma?
Cinta!

(Abu Bakar Shiddiq r.a)


Gua Tsur.

Wajah Abu Bakar pucat pasi. Langkah kaki para pemuda Quraisy tidak lagi terdengar samar.semakin dekat, dan semakin dekat… Tak terasa tubuhnya bergetar hebat. Betapa tidak, dari celah gua ia telah mampu melihat para pemburu itu berada di atas kepalanya. Setengah berbisik berkatalah Abu Bakar “Wahai Rasul Allah, jika mereka melihat ke kaki-kaki mereka, sesungguhnya mereka pasti melihat kita berdua”.
Rasulullah memandang Abu Bakar penuh makna. Ditepuknya punggung sahabat dekatnya ini pelan sambil berujar “Janganlah engkau kira, kita hanya berdua. Sesungguhnya kita bertiga, dan yang ketiga adalah Dia, yang menggenggam kekuasaan maha, Allah”.

Sejenak ketenangan menyapa Abu Bakar. Sama sekali ia tidak mengkhawatirkan keselamatannya. Kematian baginya bukan apa-apa, ia hanya lelaki biasa. Sedang, untuk lelaki tampan yang kini dekat di sampingnya, keselamatan di atas mati dan hidupnya. Bagaimana semesta jadinya tanpa penerang. Bagaimana Madinah jika harus kehilangan purnama. Bagaimana dunia tanpa benderang penyampai wahyu.
Sungguh, ia tak gentar dengan tajam mata pedang para pemuda Quraisy, yang akan merobek lambung serta menumpahkan darahnya. Sungguh, ia tidak khawatir runcing anak panah yang akan menghunjam setiap jengkal tubuhnya.
Ia hanya takut, Muhammad,, ya Muhammad.. mereka membunuh Muhammad.


*********************

Berdua mereka berhadapan, dan mereka sepakat untuk bergantian berjaga.
Dan keakraban mempesona itu bukan sebuah kepalsuan…
Abu Bakar memandang wajah syahdu di depannya dalam hening. Setiap guratan di wajah indah itu ia perhatikan seksama…Aduhai, betapa ia mencintai putra Abdullah. Lelah yang mendera setelah berperjalanan jauh, seketika seperti ditelan kegelapan gua. Wajah di depannya yang saat itu berada nyata, meleburkan penat yang ia rasa. Hanya ada satu nama yang berdebur dalam dadanya. Cinta.

Sesaat kemudian, Muhammad melabuhkan kepalanya di pangkuan Abu Bakar. Abu Bakar terkesiap. Tiba-tiba ia berenang dalam samudera kegembiraan yang sempurna. Tak ada yang dapat memesonakannya selama hidup kecuali saat kepala Nabi yang suci berbantalkan kedua pahanya..
Mata Rasulullah terpejam.
Dengan hati-hati, seperti seorang ibu, telapak tangan Abu Bakar, mengusap peluh di kening Rasulullah…
Masih dalam senyap, Abu Bakar terus terpesona dengan sosok cinta yang tengah beristirahat diam di pangkuannya. Sebuah asa mengalun dalam hatinya “Allah, betapa ingin hamba menikmati ini selamanya”.

Nafas harum itu terhembus satu-satu, menyapa wajah Abu Bakar yang sangat dekat. Abu Bakar tersenyum, sepenuh kalbu ia menatapnya lagi. Tak jenuh, tak bosan.
Namun, seketika wajahnya muram. Ia teringat perlakuan orang-orang Quraisy yang memburu Purnama Madinah seperti memburu hewan buruan. Bagaimana mungkin mereka begitu keji mengganggu cucu Abdul Muthalib, yang begitu santun dan amanah.
Mendung di wajah Abu bakar belum juga surut, membuat sekumtum azzam memekar di kedalaman hatinya, begitu semerbak. “Selama hayat berada dalam raga, aku Abu Bakar, akan selalu berada di sampingmu, untuk membelamu dan tak akan membiarkan sesiapapun menganggumu, wahai kekasih…”.

Sunyi tetap terasa. Gua itu begitu dingin dan remang-remang. Abu Bakar menyandarkan punggung di dinding gua. Rasulullah, masih saja mengalun dalam istirahatnya. .
Dan tiba-tiba saja, seekor ular mendesis-desis perlahan mendatangi kaki Abu Bakar yang terlentang. Abu Bakar menatapnya waspada, ingin sekali ia menarik kedua kakinya untuk menjauh dari hewan berbisa ini. Namun, keinginan itu dienyahkannya dari benak, tak ingin ia mengganggu tidur nyaman Rasulullah. Bagaimana mungkin, ia tega membangunkan kekasih itu.

Abu Bakar meringis, ketika ular itu menggigit pergelangan kakinya, tapi kakinya tetap saja tak bergerak sedikitpun. Dan ular itu pergi setelah beberapa lama.
Dalam hening, sekujur tubuhnya terasa panas. Bisa ular segera menjalar cepat. “Tidak, aku tidak akan membuat Rasulullah terbangun hanya karena aku.. tidak..” Abu Bakar menggigit bibirnya. Menahan segala sakit yang  meranjam. Ia menangis diam-diam. Rasa sakit itu benar-benar tak dapat ditahan lagi. Tanpa sengaja, air matanya menetes mengenai pipi Rasulullah yang tengah berbaring. ..
Kekhwatirannya terbukti, Rasulullah terjaga dan menatapnya penuh rasa ingin tahu.

“Wahai hamba Allah, apakah engkau menangis karena menyesal mengikuti perjalanan ini” suara Rasulullah memenuhi udara Gua.

“Tentu saja tidak, saya ridha dan ikhlas mengikutimu kemana pun” potong Abu Bakar masih dalam kesakitan.

“Lalu mengapakah, engkau meluruhkan air mata?”

“Seekor ular, baru saja menggigit saya, wahai putra Abdullah, dan bisanya menjalar begitu cepat”

Rasulullah menatap Abu Bakar penuh keheranan, tak seberapa lama bibir manisnya bergerak “Mengapa engkau tidak menghindarinya?”

“Saya khawatir membangunkan engkau dari lelap” jawab Abu Bakar terbata. Ia sungguh sangat menyesal karena tidak dapat menahan air matanya hingga mengenai pipi Rasulullah dan membuatnya terjaga.


Saat itu air mata bukan milik Abu Bakar saja. Selanjutnya mata Al-Musthafa berkabut dan bening air mata tergenang di pelupuknya..
Betapa indah sebuah ukhuwah.

Beliau tersenyum sendu “Sungguh bahagia, aku memiliki seorang seperti mu wahai putra Abu Quhafah. Sesungguhnya Allah sebaik-baik pemberi balasan”.
Tanpa menunggu waktu, dengan penuh kasih sayang, Al-Musthafa meraih pergelangan kaki yang digigit ular. Dengan mengagungkan nama Allah pencipta semesta, Nabi mengusap bekas gigitan itu dengan ludahnya. Maha suci Allah, seketika rasa sakit itu tak lagi ada. Abu Bakar segera menarik kakinya karena malu. Nabi masih memandangnya sayang.

“Bagaimana mungkin, mereka para kafir tega menyakiti manusia indah seperti mu. Bagaimana mungkin?” nyaring hati Abu Bakar kemudian.

Gua Tsur kembali ditelan senyap. Kini giliran Abu Bakar yang beristirahat dan Rasulullah berjaga. Dan, Abu Bakar menggeleng kuat-kuat ketika Rasulullah menawarkan pangkuannya. Tak akan rela, dirinya membebani pangkuan penuh berkah itu.



*********************


Kita pasti tahu siapa Abu Bakar. Ia adalah lelaki pertama yang memeluk Islam dan juga salah satu sahabat terdekat Rasulullah. Dari lembar sejarah, kita kenang cinta Abu Bakar kepada Al-Musthafa menyemesta. Kisah tadi terjadi pada saat ia menemani Rasulullah berhijrah menuju Madinah dan harus menginap di Gua Tsur selama tiga malam. Menemani Nabi untuk berhijrah adalah perjalanan penuh rintang. Ia sungguh tahu akibat yang akan digenggamnya jika misi ini gagal. Namun karena cinta yang berkelindan di kedalaman hatinya begitu besar, Abu Bakar dengan sepenuh jiwa, raga dan harta, menemani sang Nabi pergi.

Dia terkenal karena teguh pendirian, berhati lembut, mempunyai iman yang kokoh dan bijaksana. Kekokohan imannya terlihat ketika Madinah kelabu karena satu kabar, Nabi yang Ummi telah kembali kepada Yang Maha Tinggi. Banyak manusia terlunta dan larut dalam lara yang sempurna. Bahkan Umar murka dan tidak mempercayai kenyataan yang ada. Saat itu Abu Bakar tampil mengingatkan seluruh sahabat dan menggaungkan satu khutbah yang mahsyur “Ketahuilah, siapa yang menyembah Muhammad, maka ia telah meninggal dunia. Dan sesiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah tidak mati”.

Kepergian sang tercinta, tidak menyurutkan keimanan dalam dadanya. Ketiadaan Rasulullah, jua tak memadamkan gebyar semangat untuk terus menegakkan pilar-pilar Islam yang telah dipancangkan. Pada saat menjabat khalifah pertama, ia dengan gigih memerangi mereka yang enggan berzakat. Tidak sampai di situ munculnya beberapa orang yang mengaku sebagi nabi, sang khalifah juga berlaku sama yaitu mengirimkan pasukan untuk mengajak mereka kembali kepada kebenaran. Sesungguhnya pribadi Abu Bakar adalah lemah lembut, namun ketika kemungkaran berada dihadapannya, ia berlaku sangat tegas dalam memberantasnya.

Abu Bakar wafat pada usia 63 tahun, pada saat perang atas bangsa Romawi di Yarmuk berkecamuk dengan kemenangan di tangan Muslim. Sebelum wafat, ia menetapkan Umar sebagai penggantinya. Jenazahnya dikebumikan di sebelah manusia yang paling dicintainya, yaitu makam Rasulullah. Hidup Abu Bakar berhenti sampai di sana, namun selanjutnya manusia yang menurut Rasulullah menjadi salah seorang yang dijamin masuk surga, terus saja mengharumkan sejarah sampai detik sekarang. Ia mencintai Nabinya melebihi dirinya sendiri. Tidakkah itu mempesona?



Selamat pagi!!!! ^^

                                                                                                 Hari 72

 
Apa kabar pagi??
Apakah kau masih sama seperti sebelumnya, koyak dengan segala ketidakberdayaanmu…
Apakah kau masih harus mengorbankan detikmu untuk bangkit dan kembali berdiri…..
Atau, mungkin sekarang kau masih termangu, menatap malam yang berlalu begitu saja, setelah menginjak-injakmu dengan semua kesombongannya…..

Pagi…..
Mampukah kau untuk tersenyum lagi, menghadirkan mentari, yang hangat menyinari bumi….
Mampukah kau kembali menundukkan  dirimu, bersama embun, yang begitu sejuk menyapa sepi…
Mampukah kau tetap memberi, menghembuskan angin, yang menumbuhkan cinta pada tiap tiap jiwa…….
Mampukah??
 
************************

Pagi….
Kau selalu hadir,,, menghibur mengobati luka-luka ini dengan indahmu......
Perjalanan ini belum berakhir,,, dengan datangnya kau pada hariku……

************************

Maha Suci Engkau, duhai Pencipta pagi……
Kau beri kesempatan lagi…….. ketika diri ini tak menemukan tempat untuk berlari…..
Kau beri harapan lagi…… ketika mimpi menjadi usang tak berarti…..
Kau hamparkan lagi kasihMu……. Ketika dada ini terasa penuh sesak oleh penat…….
Kau berikan lagi cinta……. Ketika keasingan telah menyatu dengan diri…..

Subhanallah walhamdulillah walaaillahailallahu Allahu akbar……….. 

Auziqni…. Rabbi…..




Senin, 04 Oktober 2010

cahaya....

Cahaya….
ia masih berdiri dengan anggun di antara tiang-tiang langit
Begitu kuat,,menaklukkan kegaharan matahari
Menari bersama awan yang semakin meninggi…
lembut menembus selubung fana manusia

Cahaya…
Ia Indah dengan serat-serat sinar yang menggetarkan…
Memberikan kesyahduan pada relung malam…
Hadir meng-atas-i kelam dunia
Mengetuk detak-detak kerinduan pada Maha Cahaya…
Mengalirkan desah cinta dalam tiap lantunan doa
Menyatu bersama sujud-sujud penuh keikhlasan



_Namun, di mataku ia begitu silau.. terlalu terang hingga aku tak bisa melihatnya…..
Dan malah membuatku semakin terkungkung dengan kegelapan..



***************************


Hai cahaya….
Masihkah kau disana?? Sabar menunggu dalam buaian keabadian…
Bersimpuh setia di ujung sajadahmu…

Hai cahaya….
Aku membutukan pendar-pendar indahmu, dii sisiku selalu….
Karenamu lah aku mampu bangkit kembali.. mengemasi rontokan luka yang tak kunjung mengering….
Walau sakit akan membunuhku… aku ingiin terus berari…
Mengejarmu yang semakin jauuuh melesat meninggalkanku…

Hai cahaya…
Akankah kita bertemu kembali??
Mengobati memori yang hampir membusuk ditelan waktu…


_aku sungguh sangat mencintaimu karena Allah, saudaraku…
Terimakasih,












Bangkitlah!!!!!!

 

Kulihat…. Diri itu kembali menyendiri di sudut sana…
Tertunduk dengan mata terpejam.. sesak.. menahan segala luka … memikirkan nasib yang menghadangnya… tak tahu kemana lagi ia harus melangkah….
Sungguh,, Ini semua terlalu berat…

Sesekali… ia menghela nafas panjang….
Salahkah? Jika ia juga ingin bahagia seperti orang lain.. yang tertawa dan senantiasa tersenyum…
salahkah? Jika ia iri melihat orang lain selalu bahagia dengan hidup mereka…tampak ringan, lepas…..begitu menyenangkan….
Salahkah?? Jika ia sangat lelah.. pernat dengan semua masalah yang mengungkungnya… yang tak pernah membiarkannya beristirahat sedikitpun.. .. tak pernah berhenti menerornya dengan berbagai keabstrakan yang tak dapat di definisikan….
Salahkah?? Jika ingin berhenti….

Jiwa itu memberontak… ia mulai menyalahkan keadaan…. BENCI… dengan semuanya….

(setan pun datang… dengan gembira ia menghasut… senang sekali ia melihat manusia itu bersedih dengan ‘kegagalan’ hidupnya… senang sekali ia melihat manusia itu larut dalam duka dan menyalahkan takdir…)

Jahat ….
Bisikan itu benar-benar telah menambah legam hati yang telah kelam….
Putus asa... gamang… sungguh… ia merasa lelah… sangat lelah…


************************

Wahai diri….
Tenangkan dirimu….
Mari berdiri,,,
Dan ambilah wudhu…. resapi kesejukan itu dalam-dalam….
Rasakan setiap bulir air yang membasahi pori-pori kulitmu,….

Hmmm…. Subhanallah…

Pernahkah kau berpikir…..
Tentang segala kesempurnaan yang telah Allah berikan kepadamu….
Huffffhhh,
Lihat tubuhmu, begitu sempurna dengan kedua mata yang masih bisa melihat warna-warni dunia, dengan hidung yang normal mencium berbagai macam bau, dengan telinga yang masih bisa mendengar nada-nada menakjubkan, dengan mulut yang tetap dapat mengungkap hal yang kau inginkan, berkata, menguntai kata indah….
(sementara di luar sana, banyak orang yang terlahir dengan kekurangan, mau mengorbankan apa saja untuk dapat menjadi sesempurna dirimu saat ini, menjadi manusia normal seperti yang lainnya.. )
Lihatlah sekitarmu, begitu sempurna dengan udara yang setia menyatu dalam tiap-tiap desah nafas yang kau hembuskan, dengan mentari yang selalu berusaha menyuntikkan semangat lewat sinar-sinarnya yang lembut, dengan angin yang membelaimu dengan penuh kasih….
Lihatlah…lihatlah orangtuamu, yang pasti rela memberikan hidupnya demi kebahagiaanmu,,,
Lihatlah orang-oarang yang mencintaimu, teman-teman yang mengisi hari-harimu,..
Lihatlah waktu yang menuntunmu menuju gerbang kemenangan….



“Nikmat Tuhan mu manakah yang kau dustakan???”



Wahai jiwa…
Dengan menyalahkan keadaan…. kau tidak akan pernah mendapatkan apa-apa… hatimu hanya akan dirundung pilu sepanjang masa..
Jika kau terus mencari pembenaran terhadap semua gugatanmu atas takdir, bagaimana kau bisa menjadi lebih baik??
Kau masih punya masa depan... kau masih punya waktu... kau masih penya kesempatan untuk merubah segalanya… ya… segalanya….

Tenanglah……
Lupakah engkau dengan qadha dan qadar Tuhan??
Allah telah berjanji bahwa setiap kesusahan itu diikuti dengan kemudahan..setiap ujian dan kegagalan hidup itu selalu ada jalan keluarnya…bagi oarng-orang yang bertaqwa..
Allah tak pernah memberikan ujian melebihi batas kemampuan hambanya…
Allah lebih mengerti dirimu…lebih dari dirimu sendiri……

Ingatlah wahai jiwa….
Hidup ini bukanlah amanah milikmu saja… ada perkaitan dengan Tuhan, manusia , dan makhluk Allah yang lain….
Sungguh, bukan kegagalan dalam hidup jika kau terjatuh..tersandung beberapa kali…
Karena sebenarnya itulah tanda cinta Allah padamu..
Allah ingin melihat…sejauh mana engkau bisa bertahan atas segala beban yang menimpamu….




Wahai jiwa… percayalah…
Kau tak pernah sendirian.
Teguhkan selalu iman dalam hatimu... jangan pernah putus asa.. karena masih ada Allah… Tuhan yang selalu mendengar doamu.. menjawab setiap pertanyaan yang muncul dalam hatimu…

BANGKITLAH !!! mulailah kembali melangkah... lakukan semuanya hanya untukNya…


















(Walau kau kehilangan semuanya dalam hidup…tetaplah percaya bahwa Allah maha adil dan kuasa atas segala sesuatu)

Bulir galau



















Bulir-bulir waktu berdebam pada tanah
Mengukir galau, meyerahkannya pada luka
Armada ini tak lagi indah
_Telah rengkah oleh berjuta keangkuhan


Namun, bintang….
Kuak pendarmu masih terpasung disana
Dingin kaku .
Hingga tulang pun terkarat dalam dada          _sampai kapan?
Hufth.. Sudahlah….
Berikan saja ku usang…
Agar sepi tak lagi sendiri bernyanyi
Hujamkan saja!!
Agar tunduk, mati diantara pilar-pilar keagungan
Tersergak…menyeruak
Bersana ikatan azzam yang tersisa


                                                                                                               _0755_04042010_
                                                                                                                         dkezrzx






bunda, , kenapa engkau menangis ... ?


Ibunda.. kenapa engkau menangis….?
Apakah karena aku terlalu bebal dengan semua nasihat mu…
Apakah aku terlalu bodoh untuk mengerti dirimu…

Ibunda..kenapa engkau menangis….??
Apakah karena beban dunia terlampau berat menghimpitmu
Apakah karena kesabaran dan kesetiaanmu tak  pernah terindahkan
Apakah karena segala keluhan mu tak dapat terungkapkan
Apakah karena kakimu telah lelah untuk berdiri menopang kami
Apakah karena harapan2 itu kandas begitu saja
Apakah karena kasih sayang tulusmu malah di balas cerca


Ibunda… kenapa engkau menangis….??
Pedih.. hati ini melihat air mata itu mengalir di pipimu….
Sakit…  jiwa ini mendengar lirih isakmu…
menyaksikan bibir sucimu bergetar.. mencoba menahan semuanya.. sendirian..


Ibunda… kenapa engkau menangis…??
Ingin ku rengkuh tubuh mu dalam pelukanku…erat…
Mngusap lembut air mata itu
Menguatkanmu,,,melakukan apapun yang kau inginkan…
Hingga kau dapat tersenyum kembali….bahagia..

Ibunda…kenapa engkau menangis..???
Ingin ku bersimpuh di hadapmu
Ingin ku berikan seluruh hidupku untuk berbakti kepadamu
Menjagamu…..
Hingga tak akan ku izinkan setitikpun debu mengotori tubuhmu


Ibunda.. kenapa engkau menangis…??????????
Sedang hatimu tak lelah memilin doa
Sedang tangan halusmu terus membelai lembut
Sedang bahumu masih merengkuh damai
Sedang kakimu tak letih membimbing tiap langkah
Sedang kasihmu tetap memberikan hidup

Ibunda.. kenapa engkau menangis…???

……




















(Duhai ibunda,,, Maafkan aku… kaena aku belum bisa melakukan apapun untukmu…...)

Puzzle ku


Adakah suatu bahasa yang lebih sederhana, lebih murni, lebih jujur daripada
air mata…bahasa tanpa kata-kata dan baris...?????

Setiap bagian darinya adalah jeritan pedih,,,jeritan dari pecinta yang berhasrat…...

Bukankah benar bahwa mata lebih mengungkap kebenaran daripada lidah?? Bukankah air mata adalah syair yang terindah?? Tidakkah airmata mencerminkan iman yang paling melimpah, hasrat yang paling mendalam, perasaan yang paling bergelora??
Bukankah air mata bentuk cinta paling murni dan halus..???

Dan itu bercampur bersama-sama...larut…menyatu…membentuk suatu tetesan yang hangat….

Menangis adalah suatu pancaran alami dari perasaan. Ia mengungkap getaran yang mendesak dan naluriah kepada cinta, derita, hasrat, dan kesedihan….


“orang yang tak pernah menangis, dan tak tahu bagaimana menangis, tidak mempunyai perasaan manusiawi. Ia sebongkah batu, suatu roh yang liar dan kering” (Regi de Bre)


Para pecinta menangis bilamana hati mereka terbakar, terbekap oleh rasa rindu menggelora kepada kekasih yang hakki…

Air mata mereka mengalir….dan semuanya adalah tanda-tanda kehalusan dan kemurnian iman mereka yang mendalam…….…




Bintang




Bintang…
Saat kelam semakin kejam menjelang
Hangatmu menghujam tajam dalam dada
Kenapa?

Bintang…
Sepanjang goresan langit, kau tak pernah lelah
Tegar bersinar disana
Mengukir ketenangan pada kenangan yang tak akan sirna

Bintang…Tolonglah….
Biarkan aku tetap jadi hitam,,
            Agar aku bisa melihatmu menari dalam bayangku…
Biatkan aku tetap jadi malam,,
            Agar aku bisa menjagamu dalam rengkuh dinginku...

_karena kau sungguh terlalu indah….